Jakarta, HanTer – Pembuatan mobil listrik nasional (Molina)
mengalami perjalanan panjang sebelum diluncurkan Institut Teknologi Sepuluh
November (ITS) Surabaya di Jakarta, pada Selasa (29/4).
Mobil kebanggaan yang diberi nama Ezzy ITS 1 dan Ezzy ITS 2
itu berawal, saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meminta Rektor ITS,
Triyogi Yuwono, melakukan penelitian dan membuat prototipe mobil listrik. Sang
rektor pun menugasi Muhammad Nur Yuniarto bersama timnya untuk melakukan
penelitian tersebut. “Mungkin karena saya sudah pernah membuat beberapa mobil
listrik dan teknologi lain (mobil Sapuangin), jadi alasan rektor menugasi saya
bersama tim,” ujar Nur di Jakarta, Minggu (4/5).
Tak ayal, proyek ini langsung digenjot Nur bersama 60 mahasiswa
ITS di Laboratorium Industri Sistem Otomatis ITS. Sekitar empat tahun proses
berjalan, Nur bersama tim berhasil menghasilkan dua prototipe mobil listrik
yakni Ezzy ITS 1 dan Ezzy ITS 2. “Sampai detik ini proyek ini masih kami
lakukan penyempurnaan dan pengembangan,” sambungnya.
Menurutnya, kedua mobil listrik tersebut memiliki
spesifikasi berbeda, khususnya soal komponen dapur pacu. “Ezzy ITS 1 mengadopsi jenis engine supercar
DOHC 24v Type 6 Cylinder. Mesinnya memakai pabrikan YASA 750 Brushless DC Motor
dengan daya 50Kwh dengan kecepatan 150km/jam. Sedangkan Ezzy ITS 2 mengusung
mesin jenis permanent magnet brushless DC dengan daya 30Kwh dan kecepatan
130km/jam. Konsumsi energi dua Molina ini 5,3 kilometer per Kwh,” terangnya.
Dalam penelitiannya, hambatan yang muncul dijadikannya
tantangan. Nur menceritakan ketika sedang membuat mobil Ezzy ITS 1. “Untuk tipe
ini direct drive, jadi motor listrik kami beri diferensial dan langsung masuk
ke roda belakang. Setelah itu, kita hitung torsi agar mobil bisa jalan. Dan
kita membutuhkan motor listrik dengan torsi 450 Newton dengan berat yang
ringan,” ucapnya.
Akibat kesulitan mencari motor listrik yang diinginkannya
tersebut, dia menghubungi salah satu profesor di Oxford University. “Alhasil
kita bisa join research dengan mereka (Oxford University). Kebetulan saat itu
mereka sedang mengembangkan High Performance Builds Motor,” ungkapnya.
Tak hanya itu, Oxford juga memberikan satu unit motor
listrik PLTC High Performance. “Ini motor listrik kelasnya dipakai tim balap
formula elektrik,” tuturnya. Dikatakannya, jika motor listrik konvensional,
beratnya bisa sampai 150 kilogram. “Dan itu terjadi pada Ezzy ITS 2 yang
beratnya dua kali lipat dari motor listrik yang digunakan Ezzy ITS 1,”
jelasnya.
Nur menuturkan komponen Ezzy ITS 1, berupa komponen pada
sasis dan bodi merupakan pabrikasi sendiri. “Namun untuk komponen dalam masih
impor. Sedangkan untuk Ezzy ITS 2 karena daya motor listriknya kurang kita
pakai sistem transmisi agar cukup daya,” terangnya.
Diakuinya, mulai perancangan konsep desain sampai bangun
sasis menghabiskan dana ratusan juta rupiah. “Ya contoh kecil saja, harga motor
listrik dari Jepang Rp200 juta lengkap kontroler. Kalau ditotal secara
keseluruhan bisa Rp400-500 juta," tutur Nur.
“Yang pasti saat ini kami sedang mengebut penyempurnaan
mobil listrik ini dari kemampuan motor listrik dan baterai,” ujarnya.
Menurutnya, untuk mobil listrik Ezzy ITS 1 memerlukan waktu satu hingga 1,5 jam
sekali pengisian listrik.
Dia menyampaikan, dua jenis mobil yang ditelitinya itu masih
membutuhkan waktu cukup lama agar diproduksi massal. “Sampai saat ini
pengembangan mobil listrik ITS baru mencapai tahap uji jalan. Ada beberapa
tahapan yang harus dilalui. Pertama konsep desain, kedua engine desain, ketiga prototipe,
keempat uji laborarium dan kelima sampai tahap uji jalan. Dan yang terakhir
yang kita jalankan. Sampai sekarang kita sampai diuji coba jalan. Dan ini masih
lama prosesnya," ucap Nur.
Molina menjalani rangkaian Tour de Java pada 2-6 Mei 2014,
sekaligus uji coba yang dimulai dari Jakarta hingga Surabaya. Rute
perjalanannya yakni,
Jakarta-Bandung-Tasikmalaya-Purwokerto-Yogyakarta-Madiun-Surabaya dengan jarak
sekitar 700 kilometer. Molina juga akan berhenti di tiap titik pemberhentian
yakni SMA-SMA agar siswa-siswi bisa belajar mobil listrik.
Selain Molina, ITS juga memiliki mobil tenaga surya,
Sapuangin, dan mobil Lowo Ireng Supercar. “Kalau mobil Sapuangin pernah
dilombakan dalam ajang World Sollar Challenge di Australia. untuk mobil Lowo
Ireng Supercar mengusung mesin Mitsubishi Gallant V6 Twin Turbo berkapasitas
2.500cc,” ungkapnya.
Nur menuturkan, pengambilan nama Lowo Ireng ini karena
timnya baru dapat beristirahat ketika menjelang pagi. “Produktif kerjanya usai
Magrib. Jadi ya kasih nama Lowo Ireng. Biar jadi maskot tim,” ungkapnya.
Dipaparkannya, mobil Lowo Ireng, engineering design dan
sasis pabrikasi sendiri. “Untuk komponen dalam masih gunakan impor. Jadi kami
hanya mendesain tampilan, aerodinamika dan ECU. Tipe ini masih menggunakan BBM,”
ucapnya.
SUMBER
http://www.harianterbit.com/read/2014/05/05/1770/34/22/Perjalanan-Panjang-Mobil-Listrik-Nasional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar