Rabu, 21 Oktober 2015

PENGARUH ALIRAN CASH FLOW INDONESIA TERHADAP PERTUKARAN NILAI RUPIAH DAN USD



PENGARUH ALIRAN CASH FLOW INDONESIA TERHADAP PERTUKARAN NILAI RUPIAH DAN USD.

Pada saat ini Indonesia mengalami perekonomian yang buruk. Dengan sistem perekonomian modern (kapitalis) seperti sekarang maka selain sebagai alat tukar,mata uang termasuk dalam kategori barang yang bisa diperjual belikan. Krisis mata uang terjadi karena beberapa faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal seperti defisit neraca transaksi berjalan dan intervensi BI kemudian faktor eksternal seperti rencana Amerika Serikat mengurangi stimulus moneter dan penurunan hasil ekspor indonesia. Serta melambatnya ekonomi negara negara berkembang seperti China dan India.

A. Melemahnya Mata Uang Rupiah
Nilai tukar sebuah mata uang ditentukan oleh hubungan penawaran-permintaan (supply-demand) atas mata uang. Jika permintaan uang meningkat sementara penawaran tetap atau menurun maka nilai tukar mata uang akan naik. Apabila penawaran mata uang meningkat kemudian permintaan tetap maka nilai tukar mata uang turun atau melemah. Pemerintah harus memperhatikan faktor tersebut seperti aliran dana yang keluar. Sebab, cadangan devisa semakin kecil. Cadangan devisa turun dari USD 105,3 miliar pada Agustus 2015 menjadi USD 101,7 miliar.
Cadangan yang terlalu rendah apabila mencapai dibawah USD 100 miliar dapat mengakibatkan efek psikologis ekonomi yang buruk terhadap Indonesia. Apabila mencapai angka itu maka orang akan susah mencari dollar. Dalam masalah ini pemerintah melakukan beberapa kebijakan ekonomi namun tidak cukup efektif mengatasi masalah tersebut. Meningkatnya kebutuhan dollar saat ini karena adanya pembayaran barang-barang impor serta pembayaran utang negara yang jatuh tempo mengkibatkan devisa dollar semakin menurun.
Merosotnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)  mengkibatkan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Sementara pelemahan rupiah dipengaruhi oleh ketidakpastian pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi. Apabila harga BBM naik otomatis inflasi naik dan suku bunga negatif akhirnya investor akan menarik sahamnya kembali.

B. Akibat Melemahnya Rupiah
            Melemahnya nilai Rupiah saat ini berdampak di bidang industri,ekspor-impor,bahan baku dan lain-lain perlu diwaspadai,karena ekonomi makro Indonesia mermerlukan kestabilan. Di bidang Industri dengan melemahnya Rupiah maka indutri akan terbebani oleh utang luar negeri. Utang dalam dolar AS menyebabkan biaya meningkatkan serta dengan meningkatnya pembayaran modal tersebut maka harga produksi barang akan meningkatkan. Dengan biaya modal yang meningkat maka ancaman PHK akan terjadi.
            Ekspor meningkatkan permintaan atas mata uang negara eksportir, karena dalam ekspor, biasanya terjadi pertukaran mata uang negara tujuan, dengan mata uang negara eksportir. Pertukaran ini terjadi karena si eksportir membutuhkan hasil akhir ekspor dalam bentuk mata uang negerinya agar bisa terpakai dalam usahanya. Sebaliknya, impor meningkatkan penawaran atas mata uang negara importir, karena dalam impor, biasanya terjadi pertukaran mata uang negara importir dengan mata uang negara asal. Karena akhir-akhir ini, impor Indonesia lebih besar daripada ekspornya, maka situasi ini telah melemahkan nilai tukar Rupiah.
            Merosotnya nilai tukar  Rupiah merefleksikan menurunnya permintaan masyarakat  terhadap mata uang rupiah dan meningkatnya permintaan mata uang asing sabagai alat pembayaran internsional. Dampak yang akan terjadi adalah meningkatnya biaya impor bahan-bahan baku bagi perusahaan di Indonesia. Banyak pihak yang terpukul atas meningkatnya komoditi ekspor di Indonesia, Pertama adalah konsumen, terutama konsumen kelas bawah, karena pendapatan mereka tidak bisa mengimbangi kenaikan harga barang. Kedua  pihak-pihak dalam rantai distribusi komoditi impor mulai dari importir sampai pengecer, karena mereka menghadapi pasar dalam negeri yang menyusut. Ketiga adalah  para usahawan yang berorientasi pada pasar dalam negeri.  Keempat rakyat pekerja yang sudah terpukul dari sisi konsumsi akibat kenaikan harga barang, juga akan dijepit dari sisi upah oleh pengusaha yang terjepit oleh kenaikan harga alat-alat produksi impor, kenaikan nilai utang luar negeri dan penyusutan pasar dalam negeri.
            Dampak dari melemahnya Rupiah ini telah membuat Indonesia dalam keadaan waspada dibidang ekonomi karena meningkatnya harga komoditi impor,terjadinya inflasi berkepanjangan akibat komsumsi masyarakat yang meningkat dan meningkatnya suku bunga. Dengan adanya masalah menurunnya nilai tukar Rupiah di atas dengan penyebab dan dampaknya,  tentunya kita telah mengetahui dengan jelas bahwa nilai Rupiah mungkin akan lebih jatuh lagi apabila tidak ada tindakan penyelesaian yang efektif dan efisien.
            Salah satu solusi yang dapat kita peroleh adalah dengan memancing investor-investor asing untuk masuk ke Indonesia dan meningkatkan nilai Ekspor barang serta mengurangi Impor barang. Investasi asing yang menurun akhir-akhir ini, seperti disebutkan di atas, jelas-jelas mengurangi nilai tukar Rupiah. Investor asing yang menanamkan investasinya ke Negara Indonesia ini harus dipancing agar kembali dan diusahakan agar bertambah jumlahnya dangan terbukanya pasar saham dengan tawaran yang menarik dan meyakinkan.
Selain itu, penyebab utama menurunnya nilai ekspor dan naiknya nilai impor ini adalah masalah paling besar di Negara ini. Kurangnya pengelolaan sumberdaya, kurangnya variasi produk asli Indonesia, hingga kebutuhan warga Negara Indonesia yang terpancing dengan Negara-negara besar, seperti Amerika Serikat, Bangsa Eropa, bahkan bangsa Asia lainnya seperti Jepang, Korea, dan China yang mendominasi gaya hidup dan fashion, namun meninggalkan produk buatan Negaranya sendiri ini sangat perlu diperhatikan pemerintah. Warga Indonesia kini senantiasa mengkosumsi produk-produk impor yang terkesan mewah dibandingkan produk karya anak bangsa yang kualitasnya tak jauh beda. Pakaian, Aksesoris, Kendaraan, Makanan dan Minuman, semuanya telah didominasi dengan produk-produk asing.
Pemerintah seharusnya memperhatikan produksi khas Indonesia dan mengurangi impor barang. Lebih baik lagi apabila produk khas Indonesia lebih ditonjolkan dan ditawarkan di Negara sendiri dan Negara lain. Pemerintah juga harus memperhatikan peralatan industri di Indonesia yang kualitas teknologinya tertinggal serta meningkatkan pendidikan pekerja Industri di Indonesia untuk meningkatkan pasokan ekspor dan mengurangi impor. Tetapi, langkah ini juga harus didukung oleh warga Indonesia untuk mengurangi kosumsi produk-produk luar negeri dan lebih mencintai produk dalam negeri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar